BIOGRAFI PENGASUH
ROMO KH. ABDUL MUHITH ABDULLAH
Dikala kehampaan manusia akan
ajaran-ajaran agama, di saat kehidupan haus akan orang-orang yang sanggup
membangun dan meniupkan nafas segar bagi nilai-nilai kerohanian, maka hadirlah
sosok figure yang mulya, beliau Hadratul Mukarrom KH. Abdul Muhith Abdullah yang
menegakkan moral utama bagi manusia, yang dapat memberikan harapan, terniali
bagi kehidupan manusia. Beliau tak ubahnya bagai telaga atau lubuk yang dalam,
yang penuh kebesaran dan kesabaran, serta keuletan dalam menempuh lika-liku
kehidupan yang penuh rintangan dan halangan.
Siapakah sosok ulama’ istimewa
tersebut? KH.Abdul Muhith Abdullah, beliau adalah putra dari bapak Abdullah dan
Ibu Siti Murji’ah. Beliau lahir pada tahun 1954 di desa Pakel Kelurahan
Selopuro Kec. Welingi Kab. Kediri Jawa Timur.
Pada saat beliau berumur dua yakni tahun
1956 keluarga beliau sepakat hijrah ke Lampung, tepatnya di desa Bumi Mas Kec.
Batang Hari kab. Lampung TImur. Sedangkan Bapak Abdullah waktu itu masih di
jawa karena masih mengatamkan thoriqoh/suluk. Dan selang beberapa bulan Bapak
Abdullah menyusul dan menetap di tersebut bersama keluarga.
Peredaran waktu dan perubahan zaman
sangat menuntut generasi yang tangguh dan terpercaya. Maka dengan di pupuk asa
hadratus syaikh menggali ilmu dengan bersekolah di SD, saat beliau berusia 7
tahun yaitu pada tahun 1961, namun hanya 3 tahun beliau sekolah. Pada tahun
1964 keluarga beliau hijrah di Sumbersari karena pada waktu itu Bapak Abdul
Syakur dan Bapak Abdul latif Yasin telah selesai membuka dan menjadikan sebuah
desa dengan nama Sumbersari.
Sebelum kedatangan KH. Abdul Muhith
di Sumbersari telaha di dirikan lembaga pendidikan sekolah dasar islam (SDI)
dengan nama Sabalil Huda yang di dirikan pada tahun 1963. Kemudian atas
intruksi Departemen Agama nama SDI di seluruh Indonesia di rubah menjadi
Madrasah Ibtidaiyah (MI). sehingga fenomena ini menjadi sebuah Madrasah
Ibtidaiyah Sabilil Huda.
Tahun berikutnya terpatrilah
keuletan dan ketabahan beliau, datanglah ujian dari Allah, yaitu orang tua
beliau Ky. Abdullah di panggil di sisi Allah. Walaupun dengan cobaan yang
dirasakan sangat berat beliau tetap tabah dan ikhlas dalam menghadapi kehendak
dan takdirNYA yang telah di gariskan.
KH. Abdul Muhith tetap menjalankan
aktifitas harianya, beliau tetap sekolah di MI Sabilil Huda hingga pada tahun
1967 beliau berhasil menamatkan sekolah MI tersebut. Karena pada waktu itu di
sumbersari belum ada sekolah lanjutan, maka beliau menentukan pilihan untuk
melanjutkan pendidikan di Sadar Sriwijaya, yaitu desa yang terletak di sebelah
barat desa sumbersari. Beliau di sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA).
Setelah beliau sekolah di PGA,
tepatnya pada tahun 1970 terciptalah keinginan untuk memperdalam ilmu agama,
akhirnya beliau memutuskan untuk menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren.
Karena kemantaban dan dorongan serta cita-cita untuk memperdalam ilmu agama,
maka beliau sowan pada Hadrotus Syaikh KH. Ahmad Shodiq selaku pengasuh dan
pendiri Pondok Pesantren Darussalamah yang akhirnya beliau menentukan untuk
menimba ilmu. Berkat ketekunan dan kesabaran beliau menuntun ilmu di pondok
pesantren Darussalamah yang berkisar 5 tahun
tepatnya pada tahun 1975, maka beliau dapat menyelesaikan pendidikan di
Pondok Pesantren tersebut.
Dengan memandang bahwa ilmu Allah
begitu luas, maka KH. Abdul Muhit belum merasakan puas dengan ilmu yang beliau
timba selama di Pesantren. Di hati sanubari beliau tersirat keinginan untuk
melanjutkan kembali Tholabul ilmi. Dengan begitu timbullah di hati beliau,
hendak kemanakah beliau akan melanjutkan Tholabul Ilmi.
Dengan berbekal keyakinan dan
keteguhan hati serta iringan do’a, Abah KH. Abdul Muhith mendapat petunjuk dari
Allah untuk bertholabul ilmi ke pulau jawa. Pada tahun 1975 beliau meninggalkan
Sumbersari yang tercinta, dengan penuh harapan kelak pada masa beliau kembali
dapat mengamalkan pengetahuanya di desa tercinta. Tujuan utama beliau adalah
pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in yang berada di NGunut Tulung Agung Jawa
Timur, yang pada waktu itu masih di asuh oleh Al-Maghfurlah KH. Ali Shodiq
Umam.
Dimensi waktu bergulir dengan
cepatnya, bertahun KH. Abdul Muhit mencurahkan masa mudanya untuk memperdalam
ilmu agama sehingga beliau menyelesaikan tholabul ilminya. Setelah merasa cukup
memperoleh bekal ilmu, kemudian beliau mengembangkan ilmunya di pondok
pesantren tersebut. Kepercayaan sang Kyai, beliau di jadikan dewan pengajar dan
mustahiq (wali kelas) dengan tugas itulah walau usia beliau telah beranjak,
namun beliau belum berkeinginan untuk pulang dan menyebar luasnya ke kampong
halaman.
Berpijak dari hal diatas Ky. Ma’sum
Mustaram orang tua KH. Muhtar Sya’roni berinisiatif hendak menikahkan putrinya
yang kesepuluh dengan KH. Abdul Muhith yang tidak lain adalah Ibu Nyai Umi
Hani’ah Murtafi’ah adik KH. Muhtar Sya’roni dan juga salah seorang santri dari
mbah Ky. Badrus (Purwosari, Kediri Jawa Timur).
Pada tahun 1980 terlaksanalah akad
nikah antara KH. Abdul Muhith dengan Nyai Umi Hani’ah, meski KH. Abdul Muhith
kembali lagi ke pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in untuk menyelesaikan tugas
mulia sebagai mustahiq yang harus di selesaikan dahulu.
Selang waktu 3 tahun, tepatnya pada
tahun 1983 datang lah saat yang dinantikan selama beliau menunaikan tugas.
Berkat nasru minallah akhirnya tugas yang di emban beliau telah usai dengan
izin dan do’a dari guru beliau, KH. Ali Shodiq Umam. Dan dengan bekal ilmu yang
beliau kaji di pondok pesantren, pada tahun 1983 pula beliau pulang kekampung
halaman yang mengaharapkan kehadiran beliau untuk nasrul ilmi wad din di desa
tercinta.
Di desa sumbersari, beliau membangun
rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warohmah bersama istri tercinta Ibu
Nyai Umi Hani’atul Murtafi’ah sehingga membuahkan dua orang putra dan satu
orang putri, yaitu Agus Muhammad Wildan Habibi, S.H.I, Neng Badi’atul Faizah
dan Agus Muhammad Alfan Afifi.
Di desa itu pula KH. Abdul Muhith bersama KH. Muhtar Sya’roni
berjuang menegakkan kalimah Allah dengan mendirikan Pondok Pesantren yang di
beri nama MIFTAHUL FALAH.
By : ahmad Lutfi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar