Rabu, 17 Oktober 2012


BIOGRAFI PENGASUH
ROMO KH. ABDUL MUHITH ABDULLAH

Dikala kehampaan manusia akan ajaran-ajaran agama, di saat kehidupan haus akan orang-orang yang sanggup membangun dan meniupkan nafas segar bagi nilai-nilai kerohanian, maka hadirlah sosok figure yang mulya, beliau Hadratul Mukarrom KH. Abdul Muhith Abdullah yang menegakkan moral utama bagi manusia, yang dapat memberikan harapan, terniali bagi kehidupan manusia. Beliau tak ubahnya bagai telaga atau lubuk yang dalam, yang penuh kebesaran dan kesabaran, serta keuletan dalam menempuh lika-liku kehidupan yang penuh rintangan dan halangan.
Siapakah sosok ulama’ istimewa tersebut? KH.Abdul Muhith Abdullah, beliau adalah putra dari bapak Abdullah dan Ibu Siti Murji’ah. Beliau lahir pada tahun 1954 di desa Pakel Kelurahan Selopuro Kec. Welingi Kab. Kediri Jawa Timur.
Pada saat beliau berumur dua yakni tahun 1956 keluarga beliau sepakat hijrah ke Lampung, tepatnya di desa Bumi Mas Kec. Batang Hari kab. Lampung TImur. Sedangkan Bapak Abdullah waktu itu masih di jawa karena masih mengatamkan thoriqoh/suluk. Dan selang beberapa bulan Bapak Abdullah menyusul dan menetap di tersebut bersama keluarga.
Peredaran waktu dan perubahan zaman sangat menuntut generasi yang tangguh dan terpercaya. Maka dengan di pupuk asa hadratus syaikh menggali ilmu dengan bersekolah di SD, saat beliau berusia 7 tahun yaitu pada tahun 1961, namun hanya 3 tahun beliau sekolah. Pada tahun 1964 keluarga beliau hijrah di Sumbersari karena pada waktu itu Bapak Abdul Syakur dan Bapak Abdul latif Yasin telah selesai membuka dan menjadikan sebuah desa dengan nama Sumbersari.
Sebelum kedatangan KH. Abdul Muhith di Sumbersari telaha di dirikan lembaga pendidikan sekolah dasar islam (SDI) dengan nama Sabalil Huda yang di dirikan pada tahun 1963. Kemudian atas intruksi Departemen Agama nama SDI di seluruh Indonesia di rubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI). sehingga fenomena ini menjadi sebuah Madrasah Ibtidaiyah Sabilil Huda.
Tahun berikutnya terpatrilah keuletan dan ketabahan beliau, datanglah ujian dari Allah, yaitu orang tua beliau Ky. Abdullah di panggil di sisi Allah. Walaupun dengan cobaan yang dirasakan sangat berat beliau tetap tabah dan ikhlas dalam menghadapi kehendak dan takdirNYA yang telah di gariskan.
KH. Abdul Muhith tetap menjalankan aktifitas harianya, beliau tetap sekolah di MI Sabilil Huda hingga pada tahun 1967 beliau berhasil menamatkan sekolah MI tersebut. Karena pada waktu itu di sumbersari belum ada sekolah lanjutan, maka beliau menentukan pilihan untuk melanjutkan pendidikan di Sadar Sriwijaya, yaitu desa yang terletak di sebelah barat desa sumbersari. Beliau di sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA).
Setelah beliau sekolah di PGA, tepatnya pada tahun 1970 terciptalah keinginan untuk memperdalam ilmu agama, akhirnya beliau memutuskan untuk menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren. Karena kemantaban dan dorongan serta cita-cita untuk memperdalam ilmu agama, maka beliau sowan pada Hadrotus Syaikh KH. Ahmad Shodiq selaku pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Darussalamah yang akhirnya beliau menentukan untuk menimba ilmu. Berkat ketekunan dan kesabaran beliau menuntun ilmu di pondok pesantren Darussalamah yang berkisar 5 tahun  tepatnya pada tahun 1975, maka beliau dapat menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren tersebut.
Dengan memandang bahwa ilmu Allah begitu luas, maka KH. Abdul Muhit belum merasakan puas dengan ilmu yang beliau timba selama di Pesantren. Di hati sanubari beliau tersirat keinginan untuk melanjutkan kembali Tholabul ilmi. Dengan begitu timbullah di hati beliau, hendak kemanakah beliau akan melanjutkan Tholabul Ilmi.
Dengan berbekal keyakinan dan keteguhan hati serta iringan do’a, Abah KH. Abdul Muhith mendapat petunjuk dari Allah untuk bertholabul ilmi ke pulau jawa. Pada tahun 1975 beliau meninggalkan Sumbersari yang tercinta, dengan penuh harapan kelak pada masa beliau kembali dapat mengamalkan pengetahuanya di desa tercinta. Tujuan utama beliau adalah pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in yang berada di NGunut Tulung Agung Jawa Timur, yang pada waktu itu masih di asuh oleh Al-Maghfurlah KH. Ali Shodiq Umam.
Dimensi waktu bergulir dengan cepatnya, bertahun KH. Abdul Muhit mencurahkan masa mudanya untuk memperdalam ilmu agama sehingga beliau menyelesaikan tholabul ilminya. Setelah merasa cukup memperoleh bekal ilmu, kemudian beliau mengembangkan ilmunya di pondok pesantren tersebut. Kepercayaan sang Kyai, beliau di jadikan dewan pengajar dan mustahiq (wali kelas) dengan tugas itulah walau usia beliau telah beranjak, namun beliau belum berkeinginan untuk pulang dan menyebar luasnya ke kampong halaman.
Berpijak dari hal diatas Ky. Ma’sum Mustaram orang tua KH. Muhtar Sya’roni berinisiatif hendak menikahkan putrinya yang kesepuluh dengan KH. Abdul Muhith yang tidak lain adalah Ibu Nyai Umi Hani’ah Murtafi’ah adik KH. Muhtar Sya’roni dan juga salah seorang santri dari mbah Ky. Badrus (Purwosari, Kediri Jawa Timur).
Pada tahun 1980 terlaksanalah akad nikah antara KH. Abdul Muhith dengan Nyai Umi Hani’ah, meski KH. Abdul Muhith kembali lagi ke pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in untuk menyelesaikan tugas mulia sebagai mustahiq yang harus di selesaikan dahulu.
Selang waktu 3 tahun, tepatnya pada tahun 1983 datang lah saat yang dinantikan selama beliau menunaikan tugas. Berkat nasru minallah akhirnya tugas yang di emban beliau telah usai dengan izin dan do’a dari guru beliau, KH. Ali Shodiq Umam. Dan dengan bekal ilmu yang beliau kaji di pondok pesantren, pada tahun 1983 pula beliau pulang kekampung halaman yang mengaharapkan kehadiran beliau untuk nasrul ilmi wad din di desa tercinta.
Di desa sumbersari, beliau membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warohmah bersama istri tercinta Ibu Nyai Umi Hani’atul Murtafi’ah sehingga membuahkan dua orang putra dan satu orang putri, yaitu Agus Muhammad Wildan Habibi, S.H.I, Neng Badi’atul Faizah dan Agus Muhammad Alfan Afifi.
Di desa itu pula KH. Abdul Muhith bersama KH. Muhtar Sya’roni berjuang menegakkan kalimah Allah dengan mendirikan Pondok Pesantren yang di beri nama MIFTAHUL FALAH.

By : ahmad Lutfi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar